Jumat, 06 Juli 2012

Cerpen #1

Diposting oleh Unknown di 11.30
Kado Dari Ayah

Di sebuah perumahan di Jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang ayah. Sang ibu telah lama meninggalkannya sejak ia masih duduk dibangku Sekolah dasar (SD). Nama gadis itu Diana biasa dipanggil dian. Gadis yang kecil yang cantik nan anggun kini sudah dewasa dan semakin cantik bahkan satu minggu lagi dian akan di wisuda. Sebentar lagi dian akan menjadi seorang sarjana yang muda, cantik, berbakat, dan cerdas serta berwawasan luas. Semua yang dian diraih adalah hasil jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.
Sekitar sebulan yang lalu dian melewati sebuah showroom dan pada saat itu dian langsung jatuh cinta kepada sebuah mobil sport keluaran terbaru dari Ford. Selama empat minggu dian selalu membayangkan mobil tersebut. Dian yakin wisuda nanti ayahnya akan membelikan mobil sport untuknya, karena dian anak tunggal dan ayahnya sangat sayang padanya terlebih ayahnya termasuk orang mapan dan disegani oleh warga kompleks perumahan tersebut. Sehingga dian sangat yakin ketika wisuda nanti mendapatkan mobil itu. Dian pun selalu beranggan-anggan mengendari mobil  itu. Bahkan sampai kebawa mimpi dian telah memiliki mobil itu, dalam mimpinya dian bersenang-senang dengan teman-temannya. Dian pun tidak segan untuk bercerita kepada teman-temannya tentang anggan dan mimpinya tersebut.
Hari yang di nunggu pun tiba. Siang itu. Setelah wisuda dian melangkah pasti mendekati sang ayah yang telah berdiri membawa sekumtum bunga mawar merah dan kado yang berukuran sedang. Dalam hati dian dia selalu berharap kado yang dipegang ayahnya itu sebuah kunci mobil sport itu. Sang ayah yang berdiri tegak (bangga) dan tersenyum melihat anaknya cantik memakai baju toga datang menghampirinya. Bahkan sesekali air matanya menetes. Betapa bangganya seorang ayah melihat putri kecilnya yang dulu ia bimbing dan dididik kini menjadi orang sukses. Semuanya tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Kemudian berdirilah sang anak didepan ayah. Dian pun langsung memeluk ayahnya dan mencium punggung tangannya, dian sempat berkata " Terimakasih ayah semua ini atas dukungan dan doa yang ayah panjatkan untuk dian ". Lalu sang ayah langsung memeluk dan mencium kening anaknya. Tak lupa ayah memberikan kado yang telah ia pegang. Kado berselimut kertas pink yang cantik. Dian pun langsung membukanya dan mengambil isi perut kado itu dannnn....... ternyata isinya bukan kunci mobil !! Dengan hati yang hancur sang anak menerima isi kado tersebut dan dengan rasa yang sangat kecewa dian membukanya. Dibalik kado itu dian menemukan sebuah Jaket Kulit yang sangat terkenal di belakangnya terukir indah namanya dengan benang sutra emas yang berkilauan. Dian sangat marah. Dengan suara yang meninggi dia berteriak " Ayah bilang selalu mencintai dan menyayangi aku dengan semua uang ayah. Lalu kenapa ayah membelikan aku jaket jelek itu !!! " Dian membuang jaket itu di depan ayah dan berlari meninggalkan ayahnya sendiri. Sang ayah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya hancur. Dia hanya berdiri mematung tidak tahu apa yang harus di lakukannya.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Gadis kecil itu tidak pernah pulang ke rumah. Dia telah menjadi wanita dewasa yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dian berhasil menjadi wanita karir. Dian memiliki rumah yang besar dan mewah. Memiliki suami yang tampan dan memiliki dua anak yang cerdas. Sementara itu sang ayah semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak wisuda itu dian meninggalkan ayahnya dan tidak pernah menghubunginya kembali. Sang ayah selalu berharap suatu saat nanti bisa bertemu dengan anaknya. Hanya untuk menyakinkan bahwa ayahnya sayang menyayangi dan mencintanya bukan dengan semua uangnya. Tapi tulus dari hatinya. Dian juga begitu kadang dia ingin sekali bertemu dengan ayahnya. Tapi bila dian mengingat kejadian wisuda tersebut dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam kepada ayahnya.
Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal. Sebelum ayahnya meninggal ia mewariskan semua hartanya kepada dian anak satu-satunya itu. Dian pun disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama datang ke rumah ayahnya untuk mengurus semua peninggalan ayahnya. Saat dian melangkah masuk ke rumah itu. Mendadak hatinya menjadi sedih, mengingat semua kenangan semasa dian tinggal disitu. Dian merasa sangat menyesal telah bersikap buruk terhadap ayahnya.
Dengan bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya. Dian menyelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dian membuka lemari pakaian ayahnya. Dian menemukan Jaket itu. Masih  terbungkus dengan kertas kado yang sama walau sudah beberapa tahun yang lalu. 
Ada sesuatu yang jatuh dari bagian kantong Jaket itu. Dian pun langsung memungutnya. Dan ternyata sebuah kunci mobil !!! Digantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan !! Kemudian dian merogoh kantong sebelahnya dan menemukan sesuatu, disitu terselip STNK dan surat-surat mobil lainnya. Namanya juga tercetak jelas disitu. Dan sebuah kwintansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum dian di wisuda.

Dian segera berlari menuju garasi dan disana dian menemukan sebuah mobil yang berlapisan debu selama bertahun-tahun. Meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak pernah tersentuh oleh pemiliknya. Tapi dian masih mengenal jelas mobil itu mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dian pun langsung menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian mobil itu masih baru. bahkan jok mobil dan setirnya masih terbungkus plastik begitu rapih. Lalu dian melihat di atas dashboadnya ada sebuah foto. Ya dian sangat mengenal sekali siapa foto itu, foto dian dan ayahnya ketika dian perpisahan kelas tiga SMA. Foto itu mengingatkan padanya saat dian memakai kebaya. Sebuah mendali mengantung dilehernya dan memegang piala sebagai siswi terbaik disekolah. Dan seorang ayah yang tersenyum bangga sambil mendampingi anaknya. Dan itu dian. Mendadak dian lemas. Lalu terduduk disamping mobil itu. Dian menangis sesekali dia menampar pipinya sendiri bahkan sesekali dian menjedorkan kepalanya di mobil tersebut. Dian menangis dian menyesal air matanya tidak bisa terhentikan. Air matanya mengalir terus mengiringi rasa penyesalannya yang tak akan pernah bisa terobati.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Reni Ariningsih Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review