BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Keluarga
(Lingkungan Pendidikan Informal)
Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan sumbangan
bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga dimulai sejak anak lahir ke dunia dari
kandungan ibunya, dan berhenti apabila sang anak meninggalkan keluarga asal
untuk mendirikan keluarga baru.
1.
Pengertian
dan Ciri-ciri
Keluarga
Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga
yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak yang belum menikah, hidup dalam
sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Selanjutnya M.I Soelaeman
(1994) mengemukakan cirri-ciri keluarga menurut M.C Iver dan Page, seperti
berikut :
a. Adanya
hubungan berpasangan antar kedua jenis (pria dan wanita)
b. Dikukuhkan
oleh ikatan pernikahan
c. Adanya
pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam rangka hubungan
tersebut
d. Adanya
kehidupan ekonomi yang diselenggarakan secara bersama-sama, dan
e. Diselenggarakannya
kehidupan berumah tangga
2.
Fungsi
Keluarga
Demi perkembangan dan pendidikan anak,
keluarga harus mempunyai atau melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan
seimbang. M.I Soelaeman (1994) mengemukakan beberapa fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi
Edukasi
Fungsi ini berkaitan dengan keluarga
sebagai wahana pendidikan anak khususnya dan pendidikan anggota keluarga
lainnya. Fungsi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaanya, melainkan meyangkut
penentuan sarana, pengayaan wawasan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
upaya pendidikan keluarga. Keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama
bagi anak-anaknya agar menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju, dan mandiri
sesuai dengan tuntutan perkembangan waktu.
b. Fungsi
Sosialisasi
Sosialisasi dapat diartikan belajar
sosial artinya anak mempelajari nilai-nilai sosial, keluarga menjadi penghubung
anak dengan kehidupan sosial dengan pembiasaan nilai-nilai norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat, dalam keluargalah pertama kali berlangsung proses
memanusiakan manusia (humanisasi).
c. Fungsi
Proteksi (Perlindungan)
Dengan fungsi ini keluarga berfungsi
sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, dan tentram bagi seluruh
anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin. Sedangkan secara fisik
keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan
dan lain-lain.
d. Fungsi
Afeksi (Perasaan)
Fugsi ini mendorong keluarga sebagai
tempat untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Selain itu keluarga harus
dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang
kuat antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam
kehidupan keluarga itu, ikatan batin yang dalam dan kuat ini harus dapat
dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
e. Fungsi
Ekonomi
Fungsi ini mendorong keluarga sebagai
tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, dan materi yang sekaligus mendidik
keluarga hidup efisien, ekonomis, dan rasional. Fungsi ekonomi meliputu
pencarian nafkah, perencanaan serta pemanfaatan dan pembelajarannya.
f. Fungsi
Religius
Fungsi ini mendorong keluarga sebagai
wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, bermoral, berakhlak, dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran
agamanya. Untuk melaksanakan fungsi ini keluarga berkewajiban memperkenalkan
dan mengajak anak kepada kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluarga
yang religius sehingga dapat dihayati oleh anggota keluargannya.
g. Fungsi
Rekreasi
Dalam menjalankan fungsi ini keluarga
harus menjadi ligkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat, dan
penuh semangat. Keluarga harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua
anggota keluarganya. Oleh karena itu, keluarga hendaknya mampu menciptakan
suasana tersebut agar timbul keseimbangan pribadi dan keluarga dapat memberikan
perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari.
h. Fungs
Biologis
Fungsi ini diarahkan unuk mendorong
keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan produksi sehat bagi semua anggota
keluarganya. kebutuhan biologis merupakan fitrah manusia, melibatkan fisik
untuk melangsungkan kehidupannya. Pelaksanaan fungsi ini tidak sendiri
melainkan adanya keseimbangan dalam melaksanakan fungsi-fungsi lain seperti :
fungsi religius, sosialisasi, proteksi, afeksi, dan rekreasi.
3.
Tujuan, Isi, dan Penanggung Jawab Pendidikan dalam
Keluarga
Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan
dalam keluarga secara tersurat, tetapi secara tersirat dipahami bahwa tujuan
pendidikan dalam keluarga pada umumnya adalah agar anak menjadi pribadi yang
mantap, beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Adapun isi pendidikan dalam keluarga
biasanya meliputi nilai agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Keluarga
tidak memiliki kurikulum formal atau kurikulum tertulis.
Salah
satu fungsi keluarga adalah pendidikan, dalam hal ini orangtua (ibu dan ayah)
adalah pengemban tanggung jawab pedidikan anak. Secara kodrati orangtua bertanggung
jawab atas pendidikan anak dan atas kasih sayangnya orangtua mendidik anak,
selain orangtua saudara-saudaranya yang masih tinggal serumah pun akan turut
bergaul dengan anak sehingga akan turut mempengaruhi bahkan mendidiknya.
4.
Karakteristik
Lingkungan Pendidikan Informal (Keluarga)
a. Tujuan
pengembangannya lebih menekankan pada pengembangan karakter
b. Peserta
didiknya bersifat heterogen
B.
Sekolah
(Lingkungan Pendidikan Formal)
1.
Bentuk
Sekolah
Sebagai lingkungan pendidikan formal
sekolah dibagi atas tiga jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Dijalur pendidikan formal pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Jenjang
pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Sedangkan pendidkan tinggi dapat berbentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang merupakan
kelanjutan dari jenjang pendidikan menengah.
2.
Tujuan
Pendidikan Sekolah
Sekolah mempunyai tujuan pendidkan
sesuai dengan jenjang, bentuk dan jenisnya. Tujuan sekolah dapat ditemukan
didalam kurikulum sekolah. Tujuan sekolah umumnya adalah memberikan bekal
kemampuan kepada peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara, makhluk tuhan serta mempersiapkan peserta
didik melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Pada jenjang menengah dan
perguruan tinggi sekolah juga bertujuan untuk memberikan bekal kemempuan untuk bekerja.
Untuk pendidikan dasar, sekolah
bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan untuk pendidikan menengah sekolah bertujuan meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, dan akhlak mulia, selain itu sekolah hendaknya
berperan sebagai masyarakat belajar, yaitu masyarakat yang memiliki tata
kehidupan yang mengatur hubungan antara guru dengan lingkungannya yang
membelajarkan murid untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suasana yang
menggairahkan.
3.
Fungsi
Sekolah
Sebagaimana
fungsi pendidikan pada umumnya, sekolah memiliki fungsi konservasi dan fungsi
inovasi. Fungsi konservasi yaitu upaya-upaya sekolah dalam rangka melestarikan
nilai-nilai budaya masyarakat, sedangkan fungsi inovasi adalah upaya-upaya
sekolah dalam rangka melakukan pembaruan di dalam masyarakat.
Soleh Soegianto
(Bambang Robadi. 2007) mengemukakan fungsi sekolah sebagai lembaga sosial
yaitu:
a. Sekolah
berfungsi sebagai lembaga sosialisasi membantu anak-anak dalam mempelajari
cara-cara hidup ditempat mereka dilahirkan
b. Sekolah
berfungsi untuk mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan dan sekolah
berfungsi menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
4.
Karakteristik
Sekolah
a. Secara
faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan intelektual
b. Peserta
didik bersifat homogen
c. Isi
pendidikannya terprogram secara formal/kurikulum tertulis
d. Terstruktur,
berjenjang dan berkesinambungan
e. Waktu
pendidikan terjadwal secara ketat dan reatif lama
f. Cara
pelaksanaan bersifat formal
g. Evaluasi
pendidikan dilaksanakan secara sistematis
5.
GURU
(Pendidik di Sekolah)
Dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
menilai serta mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru sebagai npengganti orang tua di sekolah harus memberi kemudahan
dalam pembelajaran bagi semua anak didik agar mampu mengembangkan segala
kemempuan dan potensi yang dimilikinya.
Guru sebagai pendidik ia harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri
dan disiplin.
C.
Masyarakat
( Lingkungan Pendidikan Non Formal )
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
pendidikan selain dari lingkungan pendidikan keluarga dan sekolah. Pendidikan
yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak sudah mulai
lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Namun
orang tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap mengontrol perkembangan atau
pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh yang lebih luas di banding
dengan lingkungan pendidikan yang lain. Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik
pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian
(pengetahuan), sikap, minat, maupun pembentukan kesusilaan, dan keagamaan
1.
Pengertian
Masyarakat Serta Kaitannya Dengan Pendidikan
Masyarakat yaitu sekelompok orang yang
berinteraksi antara sesamanya, saling bergantung dan terikat oleh nilai dan
norma yang dipatuhi bersama. Pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu
dan memiliki kepentingan bersama. Jenis masyarakat antara lain masyarakat
pedesaan (rural community) dan
masyarakat perkotaan (urban community).
Secara umum masyarakat mempunyai
kesamaan, namun secara khusus masyarakat akan mempunyai perbedaan-perbedaan.
Perbedaan ini mungkin berkenaan dengan hubungan sosialnya, karasteristik daerah
tempat tinggalnya, dan nilai-nilai budayanya.
Masyarakat
sebagai kesatuan hidup memiliki ciri seperti dikemukakan oleh Tirtarahardja dan
La Sulo,yaitu antara lain:
a. Ada
interaksi antara warga – warganya
b. Pola
tingkah laku warga – warganya diatur oleh adat istiadat, norma – norma, hukum,
dan aturan – aturan yang khas
c. Ada
rasa identitas yang kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah, adat
istiadat, rasa identitas, dan loyalitas (kesetiaan) terhadap kelompoknya
merupakan pangkal dari perasaan bangsa sebagai patriotisme, kesetiakawanan
sosial dll.
Kaitan antara masyarakat dengan
pendiddikan menurut Tirta Rahardja dan
La Sulo ( 2000 ), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
a. Masyarakat
sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun yang tidak
dilembagakan
b. Lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif
c. Dalam
masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang di rancang maupun yang
di manfaatkan. Perlu pula di ingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup
sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya
itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik
dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di
masyarakat dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
2.
Masyarakat Sebagai Lingkungan Pendidikan Non
Formal
Di dalam lingkungan masyarakat setiap
orang akan memperoleh pengalaman tentang berbagai hal. Misalnya tentang
lingkungan alam, tentang hubungan sosial, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Di dalam masyarakat setiap orang
mempunyai status tertentu, mereka belajar tenteng nilai-nilai dan
peranan-peranan yang seharusnya mereka lakukan. Setiap orang memperoleh
pengalaman bergaul dengan anggota masyarakat lainnya di luar rumah dan di luar
lingkungan sekolah.
Didalam lingkungan masyarakat setiap
orang akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari orang-orang yang ada
di sekitarnya, baik dari teman sebaya maupun orang dewasa melalui interaksi
sosial secara langsung atau tatap muka. Pengaruh pendidikan tersebut dapat pula
diperoleh melalui interaksi sosial secara tidak langsung. Contohnya melalui
siaran televisi, buku-buku, koran, cerita, majalah dll. Selain itu dalam
masyarakat terdapat berbagai lembaga seperti kursus, majelis taklim, pendidikan
keterampilan, pendidikan kesetaraan, bimbingan tes yang turut berpartisipasi
dalam melaksanakan pendidikan.
3.
Bentuk
Ligkungan Pendididkan Non Formal
Pendiddikan non formal dapat
terselenggara secara tidak terstruktur dan berjenjang, dapat pula
diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang. Contoh penyelenggaraan
pendidikan di dalam lingkungan pendidikan non formal yang terstruktur dan
berjenjang antara lain kelompok belajar paket A, kelompok belajar paket B,
kelompok belajar paket C, kursus komputer dan Bahasa Inggris. Adapun contoh
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak berjenjang adalah
ceramah keagamaan yang ditayangkan televisi, penyampaian informasi melalui
koran, majalah, buku-buku.
4.
Tanggung
Jawab dan Fungsi Lingkungan Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal selain menjadi
tanggung jawab pemerintah juga menjadi tanggung jawab bersama para orang dewasa
yang ada di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
Pendidikan dalam lingkungan masyarakat
dapat berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, penambah dan mungkin juga
pengembang pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah.
5.
Karakteristik
Lingkungan Pendidikan Non Formal
a. Secara
faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan keterampilan
praktis
b. Peserta
didiknya bersifat Heterogen
c. Isi
pendiddikannya ada yang terprogram secara tertulis ada pula yang tidak
terprogram secara tertulis
d. Dapat
terstruktur, berjenjang dan bersinambung dapat pula tidak terstruktur , tidak
berjenjang dan tidak bersinambung
e. Waktu
pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal secara ketat dan lama
pendidikanya relatif singkat
f. Cara
pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial
mungkin pula bersifat wajar
g. Evaluasi
pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis
h. Credentials
mungkin ada dan mungkin pula tidak ada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan sumbangan
bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga dimulai sejak anak lahir ke dunia dari
kandungan ibunya, dan berhenti apabila sang anak meninggalkan keluarga asal
untuk mendirikan keluarga baru.
Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak-anak yang belum menikah, hidup dalam sebuah kesatuan
kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Demi perkembangan dan pendidikan anak,
keluarga harus mempunyai atau melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan
seimbang. M. I Soelaeman (1994) mengemukakan beberapa fungsi keluarga yaitu :
fungsi edukasi, fungsi sosialisasi, fungsi proteksi (perlindungan), fungsi
afeksi (perasaan), fungsi ekonomi, fungsi religious, fungsi rekreasi, dan
fungsi biologis. Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan dalam keluarga secara
tersurat, tetapi secara tersirat dipahami bahwa tujuan pendidikan dalam
keluarga pada umumnya adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap, beragama,
bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Adapun isi pendidikan dalam
keluarga biasanya meliputi nilai agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan. Keluarga tidak memiliki kurikulum formal atau kurikulum tertulis.
Sebagai
lingkungan pendidikan formal sekolah dibagi atas tiga jenjang pendidikan yaitu
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sekolah mempunyai
tujuan pendidkan sesuai dengan jenjang, bentuk dan jenisnya. Tujuan sekolah
dapat ditemukan didalam kurikulum sekolah. Tujuan sekolah umumnya adalah
memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik dalam mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, makhluk tuhan
serta mempersiapkan peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Pada jenjang menengah dan perguruan tinggi sekolah juga bertujuan
untuk memberikan bekal kemempuan untuk
bekerja. Sebagaimana fungsi pendidikan pada umumnya, sekolah memiliki fungsi
konservasi dan fungsi inovasi. Fungsi konservasi yaitu upaya-upaya sekolah
dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat, sedangkan fungsi
inovasi adalah upaya-upaya sekolah dalam rangka melakukan pembaruan di dalam
masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, masyarakat
merupakan lingkungan pendidikan selain dari lingkungan pendidikan keluarga dan
sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika
anak-anak sudah mulai lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari
pendidikan sekolah. Namun orang tua tidak melepas begitu saja, mereka tetap
mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkannya. Karena pengaruh
yang lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan yang lain. Corak dan
ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan
pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap, minat, maupun pembentukan
kesusilaan, dan keagamaan. Masyarakat yaitu
sekelompok orang yang berinteraksi antara sesamanya, saling bergantung dan
terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama. Pada umumnya bertempat
tinggal di wilayah tertentu dan memiliki kepentingan bersama. Jenis masyarakat
antara lain masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Di dalam lingkungan masyarakat setiap orang akan memperoleh
pengalaman tentang berbagai hal. Misalnya tentang lingkungan alam, tentang
hubungan sosial, politik, kebudayaan dan sebagainya. Pendiddikan non formal
dapat terselenggara secara tidak terstruktur dan berjenjang, dapat pula
diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang. Contoh penyelenggaraan
pendidikan di dalam lingkungan pendidikan non formal yang terstruktur dan
berjenjang antara lain kelompok belajar paket A, kelompok belajar paket B,
kelompok belajar paket C, kursus komputer dan Bahasa Inggris.
B. Saran
Pendidikan sangat penting
sekali bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Setiap anak wajib mendapatkan pendidikan
baik pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan non formal. Secara
umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak yang belum menikah. Ada beberapa fungsi dalam pendidikan informal
(keluarga) yaitu : fungsi edukasi, fungsi sosialisasi, fungsi proteksi
(perlindungan), fungsi afeksi (perasaan), fungsi ekonomi, fungsi religious,
fungsi rekreasi, dan fungsi biologis. Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan
dalam keluarga secara tersurat tetapi secara secara tersirat dapat dipahami
bahwa tujuan pendidikan dalam keluarga pada umumnya adalah agar anak menjadi
pribadi yang mantap dalam beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat
yang baik. Keluarga tidak memiliki kurikulum formal dan kurikulum tertulis.
Pendidikan formal dibagi
menjadi tiga yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Sekolah mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan jenjang, bentuk dan jenisnya.
Sekolah memiliki fungsi konservasi dan fungsi inovasi.
0 komentar:
Posting Komentar