“Seberapa banyaknya gula takkan mampu menghilangkan rasa pahitnya.”
Mau
sampai kapan ku menunggumu yang tak pasti. Memikirkan setiap detiknya
janji yang kau ucap. Sudah cukup lelah dengan segala pengharapan. Aku
setia disini untukmu, namun kamu tidak. Aku tak tau apa yang harus
dipastikan lagi dari kehidupanmu. Aku tak pernah bisa masuk dalam
gerbang hatimu. Hanya menengok dari luar kedalamnya yang sepi, sangat
sepi, dapatkah aku masuk untuk meramaikannya?
Selama ini
aku terlalu buta. Gelap, hanya ada kamu. Aku tersadar, tak seharusnya
aku seperti ini. Dulu aku pernah bahagia. Sekarang pun seharusnya aku
bisa bahagia tanpamu. Karena apa bedanya dulu dan sekarang, hanya ada
persamaan. Dulu dan sekarang saat aku bahagia itu tanpamu.
Kau hebat dengan caramu. Aku bahkan sekarang sedang meneguk segelas minuman yang bahkan aku tak pernah suka. Kopi. Aku tak pernah menyukai kopi, bukan karena rasanya yang pahit melainkan karena aku punya asam lambung yang tinggi dan kopi membuatku mual. Aku bahkan sekarang dengan tenang meneguknya. Menggoyangkan cangkirnya perlahan dekat dengan hidungku agar dapat kuhirup aroma yang menenangkan. Dimana fikiranku hanya dapat merasakan ketenangan. Aroma yang bahkan selalu menipu, menipu rasa pahit kopi itu.
Meneguk setiap pahitnya tegukan. Agar aku dapat merasakan rasa pahit yang lain. Agar aku sadar bahwa ada yang terasa pahit selain rasa mu. Seberapa banyaknya gula takkan mampu menghilangkan rasa pahitnya. Itu lah kopi, rasanya kuat dan nyata. Aku hanya menaruh prihatin kepada gula. Gula bahkan merelakan untuk meleburkan dirinya agar dapat memaniskan rasa kopi. Dia rela untuk tak terlihat, tak terkenang. Namun kopi selalu menang dengan rasa pahitnya. Sekuat apapun gula. Masih akan terasa sedikit pahit dalam kopi. Karena itulah sifat alami kopi. Hitam dan pahit.
Aku mungkin gula dalam kopimu. Aku mencoba melebur, mengorbankan diriku hanya untuk membuatmu lebih merasakan manisnya hidup. Namun kau seperti kopi tetap pahit dalam rasamu. Aku rela berubah warna, aku rela berubah wujud, aku rela menghilang, aku rela melebur. Tapi kau tetap kuat mempertahankan warnamu, mempertahankan rasamu.
0 komentar:
Posting Komentar