BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek
terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan
perubahan sikap yang baik pada diri seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses
utama yaitu mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya
dilakukan oleh seseorang guru. Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai
tiga peranan yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.
Guru sebagai pengajar berperan
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut
untuk menguasai seperangkat pengetahuan
dan keteramilan dalam mengajar. Guru sebagai pembimbing diharapkan dapat
memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan
ini termasuk ke dalam aspek pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan, melainkan juga mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan.
Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku
peserta menjadi lebih baik.
Guru
sebagai administrator kelas berperan dalam pengelolaan proses belajar mengajar
di kelas. Guru merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan,
tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Berdasarkan
Standar Nasional Kependidikan, guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu
kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
profesional. Namun, kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru saat ini masih
terbatas, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengoptimalkan
kompetensi-kompetensi tersebut. Kompetensi-kompetensi yang akan dibahas dalam
makalah ini terbatas pada kompetensi-kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus
dimiliki guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan
menjadi teladan bagi peserta didik.Kompetensi profesional adalah kemampuan guru
dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.
Guru
yang bermutu dan profesional menjadi tuntutan masyarakat seiring dengan
tuntutan persyaratan kerja yang semakin ketat mengikuti kemajuan era
globalisasi.Untuk membentuk guru yang profesional sangat tergantung pada banyak
hal yaitu guru itu sendiri, pemerintah, masyarakat dan orang tua.Berdasarkan
kenyataan yang ada, pemerintah telah mengupayakan berbagai hal, diantaranya
sertifikasi guru. Dengan adanya program sertifikasi tersebut, kualitas mengajar
guru akan lebih baik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan Didaktik ?
2. Asas-asas
apa saja yang harus dikuasai seorang pendidik atau pengajar ?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan Didaktik
2. Dapat
mengetahui asas-asas apa saja yang harus dimiliki seorang pendidik atau
pengajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Didaktik
Didaktik
berasal dari bahasa Yunani “didoskein”,
yang berarti pengajaran atau “didaktos”
yang berarti pandai mengajar. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar.
Karena didaktik berarti ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut
pengertian yang sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik,
pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses
belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas
guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga
terjadi proses belajar (Nasution 1935 : 5).
Bertolak
dari pengertian di atas, keberhasilan mengajar tentunya harus diukur dari
bagaimana partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan seberapa jauh
hasil yang telah dicapainya. Dalam menjawab dua permasalahan tersebut,
ahli-ahli didaktik mengarahkan perhatiannya pada tingkah laku guru sebagai
organisator proses belajar mengajar. Maka timbulah prinsip-prinsip didaktik
atau asas-asas mengajar, yaitu kaidah atau rambu-rambu bagi guru agar lebih
berhasil dalam mengajar.
Jadi,
dalam uraian ini yang dimaksud asas-asas didaktik ialah prinsip-prinsip, kaidah
mengajar yang dilaksanakan oleh guru secara maksimal, agar lebih berhasil.
Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan
sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru memegang peranan
utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif. Pengajaran yang
berpusat kepada guru bersifat teacher centered. Ilmu pengetahuan yang diberikan
kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku pelajaran, tanpa dikaitkan
dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa.Pelajaran serupa ini disebut
intelektualistis.
Sebagian
para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar merupakan usaha penyampaian
kebudayaan kepada anak didik. Definisi kedua ini hampir sama maksudnya dengan
definisi pertama. Tentu saja yang diinginkan adalah agar anak mengenal
kebudayaan bangsa, kebudayaan suku dan marganya. Tetapi lebih dari itu
diharapkan agar anak didik tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi
juga ikut memperkaya kebudayaan tersebut dengan menciptakan kebudayaan baru
menurut zaman yang senantiasa mengalami perubahan.Sebagian para ahli yang lain
lagi mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar secara
pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak didik. Termasuk
di dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi verbal guru dengan anak didik.
Dengan
demikian, sesungguhnya kunci proses belajar-mengajar itu terletak pada penataan
dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat berinteraktif. Dengan berinteraktif maksudnya adalah terjadinya
hubungan timbal- balik personal anak dengan lingkungan. Anak didik dapat berinteraktif dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Tiap usaha mengajar sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan
pola laku tertentu dalam diri peserta didik. Yang dimaksud dengan pola laku
adalah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia
untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi nyata.
Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani, misalnya mengamati, menganalisis, dan
menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani.yang
dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik.
Umumnya
rnanusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut
dibuat secara terjalin dan terpadu. Di samping menumbuhkan dan menyempumakan
pola laku, pengajaran juga menumbuhkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan
sebagai keterarahan, kesiapsiagaan di dalam diri manusia untuk melakukan
kegiatan yang sama atau serupa atas cara yang lebih mudah, tanpa memeras atau
memboroskan tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia, baik
rohani maupun jasmani dilakukan berulang kali dengan sadar dan penuh
perhitungan.
B.
Prinsip-prinsip
Mengajar
Prinsip
mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan asas-asas didaktik.
Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta
dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan
berhasil sesuai dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar antara lain :
1.
Asas Motivasi
Motivasi
berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Ada tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi ini
mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling dan rangsangan karena adanya
tujuan. Motivasi sebagai motor penggerak segala aktivitas, sehingga jika
motornya tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi. Jika motornya lemah,
aktivitas yang terjadi pun akan lemah pula.
Motivasi
belajar erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang
sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa
tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat bagi dirinya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat.
Motivasi belajar ini ada yang timbul dari dalam diri siswa sendiri (motivasi
intrinsik). Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni, karena muncul dari
diri siswa sendiri. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin harus berusaha untuk
memunculkan motivasi intrinsik di kalangan siswa pada saat mereka belajar,
umpamanya dengan caramenjelaskan
kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhansiswa.
Sedangkan untuk memunculkan motivasi ekstrinsikdapat dilakukan antara lain dengan cara memberi pujian, hadiah,
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memberi nasihat, atau
upaya-upaya lain yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Motivasi
selalu berkait dengan soal kebutuhan. Ada beberapa jenis kebutuhan misalnya : kebutuhan untuk
menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk
mengatasi kesulitan. Sehubungan dengan itu, timbullah beberapa motivasi yang
berpangkal pada kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis seperti lapar, haus,
kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya
b. Kebutuhan akan keamanan yakni rasa aman,
bebas dari rasa takut dan kecemasan
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yakni
rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, dan
masyarakat)
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri
yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,
sosial, pembentukan pribadi
Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu
peranan. Adapun peranan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Menjadi
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy
b. Menentukan arah perbuatan yaitu ke arah
tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai
tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbutan yang tak bermanfaat bagi
tujuan itu. Seorang yang betul-betul bertekad menang dalam pertan dingan, tak
akan menghabiskan waktunya bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan
dengan hasrat, keinginan, maksud, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan,
kehendak, cita-cita, keharusan, kesediaan, dan sebagainya.
2. Asas
Aktivitas
Pada
waktu mengajar guru harus memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk
mengambil bagian yang aktif baik rohani maupun jasmani terhadap pengajaran yang
diberikan, secara perorangan maupun kelompok.
Yang
dimaksud keaktipan jasmani adalah berbagai kegiatan yang dilakukan murid
seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat konstruksi model,
bercocok tanam dan sebagainya.
Sedangkan
keaktifan rohani ialah bekerjanya unsur-unsur kejiwaan murid dalam pengajaran
yang tampak jelas pada ketekunan mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat,
mengingat, berfikir untuk memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan.
Terdorong oleh perasaan dan kemauan yang kuat unsur-unsur kejiwaan itu akan
berfungsi dengan baik untuk mendapatkan hasil pelajaransebanyak mungkin.
Menurut
Piaget (psycholog kelahiran Swiss), seseorang anak berfikir sepanjang dia
berbuat. Tanpa perbuatan anak tak berfikir, agar anak berfiir sendiri, harus
diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Tanpa
aktivitas belajar, pengajaran tidak akan member hasil yang baik. Usaha-usaha
guru membangkitkan keaktifan jasmani murid, antara lain :
a. Dengan
menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan yang bersifat keterampilan
perbengkelan, pertukangan, pertanian, perikanan, kerajinan, penelitian di
laboratorium dan sebagainya.
b. Mengadakan
pecan olahraga dan seni, pameran, karya wisata dan sebagainya
c. Membimbing
serta mendorong anak-anak dalam berdiskusi
d. Memberikan
tugas kepada anak-anak untuk memecahkan suatu masalah
e.
Mengadakan berbagai penelitian dan percobaan,
menganalisis data, membuat kesimpulan, menyusun laporan dan sebagainya
3.
Asas
Peragaan
Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah
adalah verbalisme. Bahaya verbalisme
terdapat dalam tiap situasi belajar, yakni apabila anak-anak diberi kata-kata
tanpa memahami artinya.
Penyakit verbalisme biasanya tidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari
anak-anak sebelum mereka bersekolah. Oleh sebab itu, pembendaharaan
bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar,
mengecap, meraba, serta menggunakan alat indra lainnya. Hasil pelajaran serupa
itu dapat dianggap permanen dan tak akan dilupakannya. Hal ini juga disebabkan
karena kata-kata itu sederhana dan selalu atau sering digunakan secara fungsional
dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata itu benar-benar mereka kenal, karena
mereka mempelajarinya melalui pengalaman yang konkrit.
Akan tetapi segera anak itu masuk ke sekolah
dia menerima cara belajar
yang baru yakni dengan perantara kata-kata tertulis. Ia disuruh menghafal kata-kata yang tidak
dipahaminya benar, karena diperolehnya tidak melalui pengalaman yang konkrit
melainkan berdasarkan bacaan. Karena ia pandai membaca ia dapat pula
mengucapkan sejumlah besar kata-kata yang tidak dipahami artinya. Jelas kiranya
bahwa belajar dengan jalan menghafal bukan saja memudahkan timbulnya
verbalisme, tetapi juga kurang menarik, kurang menyenangkan dan segera
membosankan.
Suatu kekurangan dalam pendidikan adalah jika kita mengajarkan kata-kata yang
tidak mempunyai isi dan arti yang jelas. Kekurangannya nyata apabila anak harus
mempelajari buku dengan membacanya. Sebenarnya membaca itu bukanlah mengambil
makna dari tulisan itu. Dalam atau dangkalnya makna itu bergantung pada
pengalaman atau latar belakang si pembaca.
Dalam peragaan ada maksud dan tujuan yang
hendak dicapai yakni, memberikan variasi dalam cara-cara kita mengajar,
memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar itu, sehingga lebih berwujud,
lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.
Alat-alat
peraga sebagai alat pembantu dalam mengajar agar efektif, dalam garis besarnya
memiliki faedah atau nilai berikut :
a. Menambah
kegiatan belajar murid
b. Menghemat
waktu belajar (ekonomis)
c. Menyebabkan
agar hasil belajar lebih permanen atau mantap
d. Membantu
anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya
e. Memberikan
alas an yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian
(motivasi) dan aktivitas pada murid
f. Memberikan
pemahaman yang lebih tepat dan jelas
Jenis
kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan asas peragaan dapat diwujudkan
dalam berbagai kegiatan yaitu :
a. Pengalaman
lansung
Anak diminta untuk
mengalami, berbuat sendiri, dan mengelola serta merenungkan apa yang dikerjakan
b. Pengalaman
yang diatur
Jika realitas terlalu
besar atau kecil atau tidak ada ditempat maka realitas itu dapat diperagakan
dengan model
c. Dramatisasi
Misalnya : Sandiwara,
permainan peran, pantonim, dan sandiwara boneka
d. Demontrasi
Biasanya dilakukan
dengan menggunakan alat-alat pembantu seperti papan tulis, papan plannel, OHP,
dan lain-lain. Banyak topik yang diangkat dalam pembelajaran di sekolah dan
dapat diajarkan dengan peragaan demontrasi.
e. Karyawisata
Kegiatan ini sebenarnya
sangat baik untuk menjadikan proses
pembelajaran yang disenangi siswa. Kegiatan yang diprogramkan dengan melibatkan
penerapan konsep budaya dalam kesenian, mengukur tinggi secara langsung,
mengukur lebar sungai, mendata kecenderungan kejadian dan realitas yang ada
pada lingkungan merupakan kegitan yang sangat menarik dan bermakna pada siswa.
f. Pameran
Berbagai bentuk pameran
ternyata dapat menyedot anak dan berusaha untuk mencobanya
g. Televisi
Program pembelajaran
yang disiarkan melalui televisi juga merupakan alternativ pembelajaran secara
umum
4.
Asas Individualitas
Tak ada dua anak yang sama disebabkan oleh
perbedaan pembawaan lingkungan. Salah satu perbedaan ialah taraf intelegensi anak-anak, yang dinyatakan
dengan IQ. Faktor lain yang turut menyebabkan perbedaan adalah keadaan rumah,
lingkungan sekitar rumah, pendidikan, kesehatan anak, makanan, usia, keadaan
sosial ekonomi orang tua, dan lain-lain.
Pada umumnya prinsip individualitas ini
masih kurang mendapat perhatian di sekolah kita. Cara mengajar terutama
brbentuk ceramah yang menyamaratakan semua murid. Kelas yang besar dan
kekurangan-kekurangan alat-alat juga merupakan halangan untuk mewujudkan
Undang-undang Dasar kita yang menyatakan bahwa setiap anak berhak berkembang
sesuai dengan bakat masing-masing.
5.
Lingkungan
Sekolah tak lepas dari masyarakat. Sekolah
didirikan masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna
dalam masyarakat. Tetapi disamping itu masyarakat atau lingkungan dapat pula
merupakan laboratorium dan sumber yang penuh kemungkinan untuk memperkaya
pengajaran. Itu sebab itu,
setiap guru harus mengenal masyarakat serta lingkungannya dan menggunakannya
secara fungsional dalam pelajarannya.
Ada bermacam-macam cara untuk menggunakan
sumber-sumber dalam lingkungan untuk kepentingan pelajaran. Pada umumnya kita
dapat membaginya dalam dua golongan :
a. Membawa
anak ke dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran. Contohnya
adalah karyawisata. Karyawisata mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
1. Memberikan
pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala macam
alat indra
2. Memberi
motivasi kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu
b. Membawa
sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran.
Contohnya adalah benda-benda seperti pameran atau koleksi.
Selama karyawisata dan survey anak-anak mendapat kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai-bagai benda. Anak dapat mengumpulkan hasil industri dan
pertanian dari lingkungan sekolah itu seperti obat-obatan, kue, macam-macam
tekstil dan sebagainya. Mereka dapat pula mengumpulkan benda-benda dan binatang
dari alam sekitarnya seperti jenis-jenis batu, pasir, tanah, bunga, serangga, dan lain sebagainya. Dapat
pula mereka meminta agar seorang murid memperlihatkan koleksi batu-batu,
perangko, boneka, dan lain sebagainya. Benda-benda itu hendaknya dipamerkan di
sekolah
6.
Kerjasama (Kooperasi)
Manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial . Pendidikan mengantarkan siswa agar
menjadi manusia seutuhnya maupun menjadi makhluk yang secara individu
bertanggung jawab pada didrinya, keluarga, dan bangsanya dengan memiliki
pengetahuan, ketrampilan, moral ketaqwaan dan
mempunyai komitmen pada bangsa dan negara, sekaligus jadi makluk
sosial yang demokratis, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Pada pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok perlu menerapkan
prisip-prinsip sebagai berikut :
a.
Siswa harus mempunyai
kejelasan tujuan
b.
Setiap anggota harus mempunyai
konstribusi untuk menyelesaikan tugas
c.
Anggota harus bertanggung
jawab pada kelompok
d.
Pemecahan masalah harus
demokratis
e.
Pimpinan kelompok harus
menciptakan suasana yang dinamis
f.
Setiap anggota harus
bertanggung jawab pada kelompok
g.
Perlu digunakan penilaian
terhadap kemajuan kelompok
h.
Mampu menimbulkan perubahan
yang konstruktif
i.
Setiap anggota merasa puas
dan aman dalam belajar
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti pengajaran
atau “didaktos” yang berarti pandai
mengajar. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar. Karena didaktik berarti
ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas.
Dengan demikian, sesungguhnya kunci proses belajar-mengajar itu terletak pada
penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat berinteraktif.
Dengan berinteraktif maksudnya adalah
terjadinya hubungan timbal- balik personal anak dengan lingkungan. Anak didik dapat berinteraktif dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Tiap usaha mengajar sebenarnya ingin menumbuhkan atau
menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta didik. Yang dimaksud
dengan pola laku adalah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim
dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya
dalam situasi nyata. Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani, misalnya
mengamati, menganalisis, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga
berupa kegiatan jasmani.yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Di
samping menumbuhkan dan menyempumakan pola laku, pengajaran juga menumbuhkan
kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan di
dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa atas cara
yang lebih mudah, tanpa memeras atau memboroskan tenaga. Kebiasaan akan timbul
justru apabila kegiatan manusia, baik rohani maupun jasmani dilakukan berulang
kali dengan sadar dan penuh perhitungan.
Prinsip
mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan asas-asas didaktik.
Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta
dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan
berhasil sesuai dengan tujuan.
Motivasi belajar erat kaitannya
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu
sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak
dicapai berguna atau bermanfaat
bagi dirinya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar
ini ada yang timbul dari dalam diri siswa sendiri (motivasi intrinsik).
Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni, karena muncul dari diri siswa
sendiri. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin harus berusaha untuk memunculkan
motivasi intrinsik di kalangan siswa
Pada waktu mengajar guru harus memberikan kesempatan
kepada murid-murid untuk mengambil bagian yang aktif baik rohani maupun jasmani
terhadap pengajaran yang diberikan, secara perorangan maupun kelompok. Yang
dimaksud keaktipan jasmani adalah berbagai kegiatan yang dilakukan murid
seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat konstruksi model,
bercocok tanam dan sebagainya.
Dalam
peragaan ada maksud dan tujuan yang hendak dicapai yakni, memberikan variasi
dalam cara-cara kita mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar
itu, sehingga lebih berwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.
Tak ada dua anak yang sama disebabkan oleh perbedaan
pembawaan lingkungan. Salah satu perbedaan ialah taraf intelegensi anak-anak, yang dinyatakan dengan IQ. Faktor lain yang
turut menyebabkan perbedaan adalah keadaan rumah, lingkungan sekitar rumah,
pendidikan, kesehatan anak, makanan, usia, keadaan sosial ekonomi orang tua,
dan lain-lain. Pada umumnya prinsip individualitas ini masih kurang mendapat perhatian di
sekolah kita.
Cara
mengajar terutama brbentuk ceramah yang menyamaratakan semua murid. Kelas yang
besar dan kekurangan-kekurangan alat-alat juga merupakan halangan untuk
mewujudkan Undang-undang Dasar kita yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
berkembang sesuai dengan bakat masing-masing.
Sekolah tak lepas dari masyarakat. Sekolah didirikan
masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna dalam
masyarakat. Tetapi disamping itu masyarakat atau lingkungan dapat pula
merupakan laboratorium dan sumber yang penuh kemungkinan untuk memperkaya
pengajaran. Itu sebab itu, setiap guru harus mengenal masyarakat serta
lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam pelajarannya.
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial . Pendidikan mengantarkan siswa agar menjadi manusia seutuhnya maupun menjadi makhluk
yang secara individu bertanggung jawab pada didrinya, keluarga, dan bangsanya dengan memiliki pengetahuan, ketrampilan, moral ketaqwaan dan mempunyai komitmen pada bangsa dan negara, sekaligus jadi makluk sosial yang demokratis, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
B.
Saran
Menguasai asas-asas didaktik
belum merupakan suatu jaminan bahwa
seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Mengajar itu sangat
kompleks dan dipengaruhi oleh macam-macam faktor lain pribadi guru sendiri,
suasana kelas, hubungan antar-manusia, keadaan sosial ekonomi negara,
organisasi kurikulum dan sebagainya. Dengan didaktik atau ilmu mengajar akan
memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran
sehingga dikuasai dan dimiliki oleh anak-anak. Prinsip yang dikemukan adalah
motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, lingkungan, dan kerjasama. Akan
tetapi seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau guru tersebut
mengabaikan asas-asas didaktik. Oleh sebab itu, didaktik sangat perlu
dikembangkan dan dipelajari oleh kita sebagai calon pendidik.
Kita
sebagai calon pendidik harus tahu apa itu didaktik. Apa saja prinsip-prinsip
didaktik. Karena dengan belajar didaktik kita dapat memahami setiap karakter
peserta didik. Dengan memahami karakter peserta didik , kita bisa tahu beberapa
karakter dan cara untuk mengatasi sifat dan sikap siswa. Sebagai calon pendidik
kita juga diberikan pengarahan. Bagaimana cara mengajar yang baik, serta apa
saja yang harus kita lakukan dan kita terapkan dalam suasana belajar-mengajar. Supaya
kondisi kelas tetap nyaman. Ada banyak alternativ untuk selalu menciptakan
suasana yang nyaman. Yaitu dari diri kita dulu, sebagai pendidik kita tidak
boleh memberikan perhatian yang lebih pada satu siswa saja. Istilahnya pilih
kasih, tapi kita sebagai pendidik harus memberikan perhatian secara menyeluruh
atau merata. Memberikan beberapa penguatan. Penguatan di bagi menjadi dua,
yaitu : penguatan positif diantaranya memberikan reword, pujian, tepuk tangan
dan sebagainya. Sedangkan penguatan negativ diantaranya memberikan hukuman
sesuai dengan kesalahan peserta didik. Tapi kita sebagai calon pendidik
hendaklah menjauhi kekerasan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena akan
timbul suatu masalah dalam lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S. (2010). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara.
LAMPIRAN
1.
Amalia (Kelompok 6)
Bagaimana
caranya menumbuhkan sikap atau kebiasaan baik pada peserta didik. Agar peserta
didik tersebut bisa menerimanya ?
Jawab
Penyaji
Banyak
cara yang dilakukan oleh pendidik untuk menumbuhkan kebiasaan baik pada peserta
didik salah satu contohnya yaitu dengan mengenal karakter setiap peserta didik
tersebut, kemudian mendekatinya bahkan bila perlu kita jadikan peserta didik
itu sebagai teman kita sendiri. Agar peserta didik tersebut merasa lebih nyaman
dengan kita.
Rizka Rahayu
Iya,
benar. Apa yang dikatakan penyaji. Pertama-tama kita harus mengenal karakter
peserta didik terlebih dahulu. Kemudian kita memberikan arahan, bimbingan yang
sifatnya mendidik. Ada juga cara lain yang bisa dilakukan oleh pendidik yaitu
dengan menerapkan slogan-slogan yang dapat menumbuhkan suatu kebiasaan baik
untuk peserta didik dikemudian hari.
2.
Puspa Pandini (Kelompok 7)
Bagaimana
caranya menciptakan pendidikan yang baik dalam lingkungan keluarga ?
Jawab
Penyaji
Caranya
dengan melakukan komunikasi yang baik, menanamkan ilmu-ilmu agama, dan juga
memberikan contoh yang baik serta kita sebagai orang tua tidak boleh terlalu
otoriter kepada anak-anak kita.
Tsamrotul Maisyah
Dengan
cara memberikan fasilitas, memberikan pendidikan moral, memberikan perhatian,
pengawasan dan bimbingan kepada anak.
3.
Fenti Rosdiana (Kelompok 8)
Bagaimana
cara memotivasi anak didik agar mempunyai semangat untuk belajar ?
Jawab
Penyaji
Cara
memotivasi anak yaitu dengan cara memberikan penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif yaitu dengan cara memberikan reword, pujian, hadiah,
dll. Sedangkan penguatan negatif yaitu dengan memberikan hukuman yang bersifat
mendidik.
Nuraeni
Dari diri
kita memberikan suasana belajar yang nyaman agar peserta didik merasa nyaman
dan senang terhadap pelajaran tersebut.
Puspita Ratih
Memberikan
situasi belajar yang menyenangkan seperti dengan games, kuis,dll.
Tsamrotul Maisyah
Cara
mengajar yang menarik, memberikan selingan yang sehat, menggunakan alat-alat
peraga, kurangi sejauh mungkin yang mengganggu konsentrasi-kosentrasi anak
didik.
4.
Nunung Nurhasanah (Kelompok 2)
Mengapa
kita sebagai pendidik tidak boleh memanjakan anak didik kita ?
Jawab
Penyaji
Karena
apabila kita terlalu memanjakan anak didik kita akan timbul karakter pada anak
didik yang tidak mandiri. Kita sebagai calon pendidik harus menanamkan
nilai-nilai kemandirian, membantu, menuntun dan membimbingnya bukan
memanjakannya.
Nuraeni
Kita harus
menyayanginya tapi tidak memanjakannya. Jadi tahu pastinya.
Syamsul Ma’arif
Diberikan
kasih sayang, menerapkan kebiasaan mandiri. Jadi kita harus professional dan
kondisional.
0 komentar:
Posting Komentar